Masa Praaksara
A.Kebudayaan Masyarakat praaksara tingkat lanjut (Tradisi lisan)
Masa praaksara atau nirleka (nir : tidak ada, leka: tulisan) adalah sebutan terhadap suatu masa ketika manusia belum mengenal aksara atau tulisan.
Di sebut juga masa prasejarah . Meski belum mengenal tulisan , masyarakatnya telah memiliki kemampuan berbahasa dan berkomunikasi lisan serta mampu merekam pengalaman masa lalunya sedemikian rupa sehingga kita sekarang dapat memperoleh gambaran tentang kehidupan masyarakat di masa lalu.
Kurun waktu masa praaksara di awali sejak manusia ada pada kala Pleistosen yaitu sekitar 3jt sampai 10.000 tahun yang lalu, dan berakhir ketika manusia mengenal tulisan (masa sejarah).
Dengan demikian, batas antara masa praaksara/prasejarah dan masa sejarah adalah mulai di kenalnya tulisan .
Pada masa praaksara tingkat lanjut (menjelang berakhirnya masa praaksara), hasil-hasil budaya nenek moyang kita semakin kaya berupa munculnya banyak hasil budaya yang bersifat nonfisik (nonmaterial).
pada masa bercocok tanam telah satu bentuk hasil budaya nonfisik berupa kepercayaan, namun hasil-hasil budaya yang bersifat fisik tetap dominan.
Menjelang berakhirnya masa praaksara itu, kepercayaan akan roh-roh nenek moyang dan kekuatan yang melampaui kehidupan manusia semakin matang dan menjadi ritus, upacara menghormati roh-roh yang telah mati dan bahkan menyembah kekuatan supranatural menjadi praktik yang rutin.
Mereka juga sadar akan keberadaan mereka di dunia yang bersifat sementara, serta tujuan hidup mereka.
Kesadaran sebagai sebuah komunitas juga membuat mereka melembagakan aturan-aturan yang sudah ada, dan bahkan muncul nilai-nilai baru yang harus di hayati semua anggota. Singkat kata mereka sadar hidup ini harus bermakna dan dimaknai, tidak sekedar mencari makan dan menunggu mati.
Karena itu perlahan-lahan terbentuk semacam pandangan hidup atau falsafah hidup ditengah-tengah mereka, yang terejawantah dalam nilai-nilai, etos, norma, sikap-prilaku, dan ritual-ritual keagamaan. Ini semua merupakan bentuk hasil-hasil budaya yang bersifat nonfisik.
Mereka ingin nilai dan pandangan hidup itu tidak hanya menjadi milik mereka, tetapi juga milik generasi-generasi berikut. Maka, hasil-hasil bedaya yang bersifat nonfisik ini mereka wariskan kepada generasi baru. Mereka belum mengenal tulisan, dan karena itu proses pewarisan dilakukan secara lisan. Hal ini di dukung semakin berkembangnya kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa. Melalui bahasa, mereka mewariskan nilai-nilai dan pandangan hidup mereka ke generasi-generasi berikutnya. Tokoh-tokoh penting dalam proses sosialisasi atau pewarisan itu adalah keluarga, masyarakat dan para tetua.
Ada dua cara menyampaikan nilai-nilai dan pandangan hidup komunitas tersebut, yaitu secara langsung melalui nasehat-nasehat dan petuah-petuah, dan secara tidak langsung melalui contoh hidup dan folklor (mitos, legenda, dongeng, upacara, nyanyian rakyat, dan lain-lain). Nasehat dan petuah yang disampaikan orang tua biasanya juga merupakan nasehat dan petuah leluhur mereka.
Folklor itu bukan sebuah cerita dan/atau aktivitas tanpa makna, di dalamnya terkandung pandangan hidup, etos, sistem kepercayaan, kebiasaan, atau adat-istiadat masyarakat praaksara. Dalam kajian sejarah folklor itu juga di sebut tradisi lisan.
Dalam bagian ini, kita akan membahas tentang tradisi lisan dalam bentuk folklor .
Pada masyarakat praaksara, penyampaian kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat dilakukan dengan cara bertutur, atau dengan berbicara secara lisan. Karena penyampaiannya dilakukan secara lisan, dikenal istilah tradisi lisan.
Menurut Kuntowijoyo, tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah, sebab dalam tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang belum mengenal tulisan entah terkait dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka.
Tradisi lisan terangkum dalam folklor. Jejak sejarah masyarakat praaksara dalam bentuk dongeng, legenda, mitos, musik, upacara, pepatah, lelucon, takhayul, kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan, pakaian , perhiasan tradisional dan kerajinan tangan merupakan bagian dari apa yang disebut folklor.
Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan bersifat tradisional yang diwariskan secara lisan dan turun temurun.
Jenis – jenis Tradisi lisan :
1. Petuah. Petuah merupakan rumusan kalimat yang dianggap mempunyai makna khusus bagi kelompok masyarakat, dimana petuah itu berlaku. Petuah disampaikan berulang – ulang, tujuannya untuk menegaskan pandangan kelompok untuk dijadikan pegangan bagi generasi berikutnya.
2. Kisah perseorangan atau kisah kelompok. Adalah kisah tentang kejadian disekitar kelompok masyarakat tersebut. Inti kisahnya berkaitan dengan fakta tertentu. Tetapi sering disamarkan dengan unsur magis religi.
3. Cerita kepahlawanan: biasanya berpusat pada tokoh-tokoh tertentu untuk diceritakan pada keturunan.
4. Dongeng: tidak mempunyai fakta yang nyata tidak hanya menghibur tapi ada juga petuah yang berisi nasehat.
Ciri – ciri tradisi lisan antara lain :
1. Pesan – pesan disampaikan secara lisan, baik lewat ucapan maupun nyanyian.
2. Tradisi lisan berasal dari generasi sebelum generasi yang sekarang.
3. Cara penuturannya lama, karena kisah yang disampaikan sangat panjang dan cederung menggunakan bahasa hiperbola.
4. Tersusun dari serangkaian peristiwa yang benar – benar terjadi.
5. Pada umumnya dalam setiap penyampaian memiliki kerangka yang sama. Penyampai cerita bebas melakukan improvisasi.
6. Kedudukan si pencerita beragam dari masyarakat yang bersangkutan .
Tradisi lisan terjadi karena manusia pada zaman dahulu belum mengenal tulisan , baru bisa menyatakan dengan kata kata.
B. Masa berburu dan meramu (mengumpulkan makanan)
1) di Indonesia sudah ada usaha-usaha bertempat tinggal secara tidak tetap di gua-gua alam, utamanya di gua-gua payung, yang setiap saat mudah untuk ditinggalkan jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat itu.
2)Keadaan lingkungan
a) Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup untuk memasak makanan, penghangat tubuh, dan menghalau binatang buas pada malam hari.
b) Terputusnya hubungan kepulauan Indonesia dengan Asia Tenggara pada akhir masa glasial ke-4 maka terputus pula jalan hewan yang semula bergerak leluasa menjadi lebih sempit dan terbatas, sehingga terpaksa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
c) Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian, seperti juwawut, padi, dan sebagainya.
3) Keberadaan manusia
a) Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
b) Di bagian barat dan utara ada sekelompok populasi dengan ciri-ciri terutama Austromelanesoid dengan hanya sedikit campuran Mongoloid. Di Jawa hidup juga kelompok Austromelanesoid yang lebih sedikit dipengaruhi unsur-unsur Mongoloid. Di Nusa Tenggara, terdapat Austromelanesoid.
4) Teknologi
a) Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Pos Pleistosen, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera.
b) Persebaran alatnya meliputi Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
c) Alat tulang ditemukan di Tonkin Asia Tenggara, sedangkan di Jawa ditemukan di Gua Lawa Semanding Tuban, di Gua Petpuruh utara Prajekan, dan Sodong Marjan di Besuki. Kapak genggam Sumatera ditemukan di daerah pesisir Sumatera Utara, yaitu di Lhok Seumawe, Binjai, dan Tamiang.
5) Kehidupan Masyarakat
a) mendiami gua-gua terbuka atau gua-gua payung dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dan sebagainya.
b)mereka membuat lukisan-lukisan di dinding gua, yang menggambarkan kegiatannya,dan kepercayaan masyarakat pada saat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar